Paparan polusi udara selama kehamilan dapat meningkatkan risiko terkena depresi pada ibu hamil. Ini adalah hasil dari sebuah penelitian baru yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Harvard.
Polusi udara telah lama dikenal sebagai salah satu faktor risiko utama untuk berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit pernapasan, kardiovaskular, dan bahkan kematian. Namun, penelitian terbaru ini menunjukkan bahwa paparan polusi udara juga dapat berdampak pada kesehatan mental, terutama selama kehamilan.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Health Perspectives ini melibatkan lebih dari 1.300 wanita hamil di Boston, Amerika Serikat. Para peneliti mengukur tingkat polusi udara di sekitar rumah para partisipan selama trimester pertama kehamilan mereka dan memantau gejala depresi mereka selama kehamilan dan setelah melahirkan.
Hasil studi menunjukkan bahwa wanita yang tinggal di lingkungan dengan tingkat polusi udara yang tinggi selama kehamilan mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan dengan wanita yang tinggal di lingkungan dengan tingkat polusi udara yang rendah. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara paparan polusi udara dan risiko depresi selama kehamilan.
Penelitian ini memberikan peringatan penting bagi para ibu hamil dan calon ibu untuk lebih memperhatikan kualitas udara di sekitar mereka. Menjaga lingkungan yang bersih dan sehat dapat membantu mengurangi risiko terkena depresi selama kehamilan. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan langkah-langkah untuk mengurangi polusi udara di berbagai wilayah agar dapat menjaga kesehatan masyarakat, terutama ibu hamil dan bayi yang masih dalam kandungan.